KULINER tradisional Nusantara kue Cucur memiliki sejarah panjang dan nilai filosofi yang mendalam. Kue ini banyak ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, terutama di wilayah Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Teksturnya yang unik dengan bagian tengah yang tebal dan pinggiran yang tipis serta renyah menjadikannya khas dan mudah dikenali.
Sejarah Kue Cucur
Konon Kue cucur diyakini berasal dari budaya kuliner Asia Tenggara dan memiliki pengaruh dari tradisi makanan India. Dalam beberapa literatur, kue cucur disebutkan telah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan di Nusantara. Pada masa itu, kue ini sering disajikan dalam berbagai upacara adat, terutama yang berkaitan dengan syukuran dan hajatan besar.
Dalam masyarakat Betawi, kue cucur sering hadir dalam acara pernikahan sebagai simbol kemanisan dan harapan akan kehidupan rumah tangga yang makmur. Sementara di daerah Sulawesi Selatan, kue ini juga dikenal dalam berbagai ritual adat Bugis-Makassar.
Filosofi Kue Cucur
Bentuk dan tekstur kue cucur tidak hanya sekadar estetika, tetapi juga memiliki makna filosofi tersendiri. Bagian tengah kue yang tebal melambangkan inti kehidupan yang kuat, sedangkan bagian pinggir yang lebih tipis menunjukkan keseimbangan dalam hidup. Proses pembuatannya yang menggunakan teknik penggorengan dengan minyak panas melambangkan ketahanan dan perjuangan dalam menghadapi tantangan hidup.
Selain itu, bahan dasar kue cucur yang terdiri dari tepung beras dan gula merah juga mencerminkan kesederhanaan dan kemurnian dalam hidup. Rasa manis yang dihasilkan dari gula merah mengajarkan bahwa kehidupan yang penuh perjuangan tetap bisa dinikmati dengan kebersyukuran.