Minahasa – Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM),Pdt Janny Ch. Rende, M.Th, memberikan dorongan kuat kepada seluruh Pria Kaum Bapa (P/KB) untuk saling memberdayakan.
Hal itu disampaikan, Plt Ketua BPMS GMIM,Pdt Janny Ch. Rende, M.Th, saat memimpin Ibadah Pembukaan Rapat Koordinasi Pra Konsultasi dan Pelantikan Deputi dan Pasukan Khusus Panji Yosua P/KB GMIM, di Jemaat Damai Tondegesan Wilayah Kawangkoan, Sabtu (12/07/2025).
Pdt Janny Rende mengangkat khotbah dari bacaan Roma 15 : 1 -13. Mengawali khotbahnya, Pdt Janny menyampaikan tentang suasana keseharian dalam pergaulan bapak-bapak akibat minum minuman keras berlebihan.
“Dalam suasana seperti itu, ada yang menasihati, dan ada yang tambah memberi tekanan, ato dalam bahasa kita tambah tindis. Sebenarnya kita perlu menasihati dengan Firman Tuhan. Itulah cara Paulus menasihati Timotius”,ujarnya.
Lanjutnya, pesan Paulus itu ada dalam I Timotius 5 : 23 : Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah.
Wakil Ketua Bidang Ajaran dan Tata Gereja BPMS ini menjelaskan, jika kita mampu menasihati, kita adalah orang yang kuat iman.
“Paulus menunjuk kata iman yang kuat kepada orang Kristen non Yahudi sementara orang Kristen asal Yahudi imannya lemah”,kata Pdt Janny.
Bagi orang Yahudi menjadi Kristen harus ikut tradisi Yahudi dulu.Haram halal makanan, menurut orang Kristen asal Yahudi, terletak pada jenisnya. Kalau makan jenis ini, kudus, kalau jenis itu haram.
“Sementara bagi orang Kristen non Yahudi, lebih pada faktor kebutuhan. Saat ini haram halalnya untuk bapak-bapak, juga tergantung pada faktor kesehatannya,” urainya.
Dalam perkembangannya, Pdt Janny menjelaskan adanya perbedaan pendapat di antara orang Kristen non Yahudi dan Yahudi di Roma yang mengarah pada perbantahan.
”Saya benar, kamu salah. Saya suci, kamu ruci, kami saleh kamu salah. Paulus bilang, sebelum perselisihan mendatangkan pertengkatan dan perpecahan, yang beriman kuat hendaknya tidak menginjak yang lemah”,terangnya.
Ia menyebutkan, sebagai sesama warga GMIM kita yang kuat wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat. Lalu kita tidak boleh mencari kesenangan diri sendiri.

Dalam konteks lebih luas, ada jemaat yang ekonominya yang lemah, kita yang kuat harus menanggung dana menolongnya.
“Kita di GMIM sudah melakukan program kemitraan antara yang kuat dan lemah. Kita sudah mengerjakan itu. Bukan yang kuat menekan yang lemah.”tukas Pdt Janny.
Lanjut Wakil Sekretaris BPMS GMIM dengan moto Teknologi Informasi sebagai etalase GMIM menguraikan panggilan kepemimpinan di P/KB GMIM, termasuk Panji Yosua P/KB GMIM bukan mendominasi, tetapi memikul.
“Dalam konteks pelayanan P/KB khususnya yang melakukan Rakor hari ini, kepemimpinan kita, GMIM, Kristen, bukan tentang siapa yang paling kuat, melainkan siapa yang paling rela memikul beban orang lain”,tegasnya.
Pdt Janny menambahkan, Rakor sebentar bukan sekadar ajang membuat keputusan, tetapi juga memperhatikan yang lemah, baik secara iman maupun semangat dan kondisi yang terjadi.
Koordinasi mengartikan pimpinan mampu menangkap keinginan bersama, Kepemimpinan kita adalah kolaboratif bukan egois.
“Paulus mengingatkan kita tidak mencari keuntungan sendiri. Kita punya kecenderungan mempertahankan ego. Keputusan harus membangun bersama bukan agenda pribadi”,katanya.
Pada bagian akhir mantan Wakil Sekretaris Bidang Data dan Informatika BPMS GMIM periode 2018-2022 ini menyentil pentingnya kata membangun.
Artinya P/KB GMIM perlu membangun sesama anggota yang dilayaninya.
“Setiap program, keputusan, dan pelayanan P/KB di semua aras harus punya tujuan membina dan memberdayakan, memperkuat iman anggota P/KB GMIM. Bukan sekadar seremoni dan statusnya, tetapi soal membina dan memberdayakan.”pungkas Pdt janny Rende.







