Watu Pinawetengan merupakan salah satu situs bersejarah yang sangat penting bagi masyarakat Minahasa di Sulawesi Utara (Sulut). Batu Pinawetengan ini terletak di desa Pinabetengan, kecamatan Tompaso Barat Kabupaten Minahasa, batu ini bukan sebuah monumen alam biasa, tetapi juga menjadi saksi bisu dari lahirnya kesepakatan adat yang mendasari tatanan sosial, politik, dan budaya masyarakat Minahasa.
Dirangkum dari berbagai sumber dan menurut sejarah lisan, Watu Pinawetengan menjadi tempat pertemuan para leluhur suku-suku Minahasa pada masa lampau. Di tempat ini, para pemimpin adat berkumpul untuk merumuskan kesepakatan yang dikenal sebagai Maesa, sebuah prinsip yang menekankan persatuan di antara berbagai sub-etnis Minahasa. Watu Pinawetengan diyakini menjadi tempat di mana keputusan-keputusan penting mengenai hukum adat, pembagian wilayah, dan nilai-nilai kebersamaan diputuskan.
Watu Pinawetengan dihiasi dengan berbagai ukiran kuno yang hingga kini masih menjadi objek penelitian para arkeolog dan antropolog. Ukiran-ukiran tersebut diyakini melambangkan kesuburan, keseimbangan alam, dan kesatuan masyarakat Minahasa. Setiap pahatan memiliki makna mendalam yang berkaitan erat dengan kehidupan spiritual dan sosial masyarakat setempat.
Watu Pinawetengan ini menjadi simbol dari prinsip Mapalus, yaitu semangat gotong royong yang menjadi dasar interaksi sosial di Minahasa. Konsep ini menekankan pentingnya kerja sama, solidaritas, dan tanggung jawab bersama dalam kehidupan bermasyarakat.