Jakarta | Portalsulutnew.com — Kisruh dualisme kepengurusan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalimantan Barat (Kalbar) akhirnya tuntas. Dua kubu yang sempat berseteru kini resmi bersatu kembali setelah melalui Musyawarah Penyelesaian Dualisme yang digelar di Kantor PWI Pusat, Jakarta, Kamis (16/10).
Langkah penyatuan ini menandai babak baru perjalanan organisasi wartawan tertua di Indonesia, khususnya di Bumi Khatulistiwa.
Pertemuan itu menghadirkan keputusan bersejarah ketika Kundori, Ketua PWI Kalbar hasil Kongres Bandung, secara resmi mencabut laporan polisi terhadap Wawan Suwandi, rivalnya dari kubu hasil KLB.
“Pencabutan laporan ini bentuk niat tulus kami untuk kembali satu. Tak ada lagi kubu mana pun, semuanya demi PWI Kalbar,” tegas Kundori usai musyawarah.
Sikap terbuka Kundori disambut positif oleh Wawan Suwandi, yang langsung menyatakan kesiapan bergabung dalam struktur baru.
“Yang utama sekarang, bagaimana PWI Kalbar bisa kembali solid dan fokus meningkatkan profesionalisme wartawan di daerah,” ujar Wawan.
Musyawarah yang digelar secara hybrid itu dipimpin langsung oleh Tim Penyelesaian Dualisme PWI se-Indonesia, terdiri atas Atal S. Depari, Anrico Pasaribu, Hilman Hidayat, dan Kadirah. Sejumlah pengurus dari Pontianak turut mengikuti jalannya forum melalui daring.
Ketua Tim, Atal S. Depari, memuji langkah damai kedua pihak sebagai wujud kedewasaan berorganisasi.
“Rekonsiliasi ini bukan sekadar menghapus dualisme, tapi juga menumbuhkan kembali kepercayaan dan semangat baru di tubuh PWI,” kata Atal.
Tim Penyelesaian Dualisme dibentuk oleh Ketua Umum PWI Pusat Akhmad Munir sesuai amanat Kongres PWI 2025 di Cikarang. Tim ini diberi mandat menuntaskan seluruh konflik kepengurusan di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota.
Dengan berakhirnya polemik di Kalimantan Barat, PWI Pusat menegaskan bahwa langkah ini bisa menjadi contoh konkret penyelesaian organisasi melalui dialog dan rekonsiliasi, bukan konfrontasi.
“Apa yang terjadi di Kalbar membuktikan bahwa semangat persaudaraan masih menjadi dasar kekuatan wartawan Indonesia,” tutup Atal S. Depari. (*/romel)





